area nongkrong para jomblo dan pemalas akut yang berusaha di akui dunia...

Entri yang Diunggulkan

arti di balik penolakan cewek saat di tembak

Arti Dibalik Penolakan Cewek Saat Di Tembak Salah satu hal yang membuat laki-laki merasa menjadi makhluk rendahan dan tidak...

Minggu, 26 Februari 2017

Pengalaman Pertama Kerja





Jumpa lagi dengan saya manusia aneh yang mencoba menularkan keanehanya kepada kalian semua,tapi untuk kali ini bukan itu tujuan saya, kali ini ajinkan saya berbagi sedikit cerita tentang pengalaman yang mungkin sedikit banyak telah mempengaruhi kehidupan saya sampai saat ini. Mungkin bisa di katakan masa-masa perjuangan hingga sampai saat ini saya bisa seperti sekarang, jadi mungkin cukup sedih juga saya, emh boleh lah sedia tisu kalo ada, kalo gak ada koran bekas juga gak apa-apa.
Saat itu adalah saat pengalaman saya mencari kerja dan saat-saat di mana kita sedang melalui titik balik kehidupan dari masa remaja yang indah (bulshit!) menuju ke masa yang lebih dewasa (kata orang begitu). Tidak seperti yang lain merayakan kelulusan dengan corat coret baju dan rambut saya  memilih untuk tidak melakukanya lebih tepatnya tidak ada yang mengajak (haha) tapi sukur lah, akhhirnya seragam saya masih utuh dan bisa di wariskan. Sayalulus SLTA belum genap umur 18 tahun, jadi sesuai peraturan pemerintah saya belum cukup umur untuk memasuki dunia kerja di perusahaan,saya harus menunggu 2-3 bulan sampai benar-benar genap 18 tahun, walaupun sebenarnya kita bisa bekerja di mana saja.
Sebelum saya benar-benar lulus dan menerima ijazah sebenarnya pernah suatu kali saya coba mengikuti seleksi penerimaan calon tenaga kerja (canaker) di beberapa perusahaan besar yang ada di sekitar jakarta, tapi mentok langkah saya terhenti di tahap wawancara. Setelah itu saya lulus dan menerima ijazah lalu fix menjadi seorang pengangguran. Orangtua cukup memaklumi waktu itu, namun sepertinya dari diri saya pribadi merasa tidak kerasan. Ada perang batin dalamdiri saya untuk segera lepas dari orang tua dan segera bekerja untuk membantu mereka atau setidaknya mengurangi beban mereka (waw). Sedikit informasi, di kampung saya pada waktu itu sudah bukan suatu yang aneh jika banyak dari anak yang hanya mengenyam Pendidikan hanya smapai SD/smp, bagi kami yang bisa melanjutkan sampai SLTA sudah merasa sangat beruntung, termasuk saya.
Saya sendiri cukup aktif bergaul dengan kawan-kawan baik yang di kampung sediri maupun di kampung sebelah, jadi dari mereka saya bisa menggali informasi tentang lowongan pekerjaan yang mungkin ada, beberapa kali sempat saya coba mengikuti seleksi untuk masuk ke perusahaan namun tetap saja gagal, sempat saya coba jadi kuli bangunan, waktu itu ada proyek pembangunan jalan baru di kampung sebelah, kebtulan ada saudara saya yang menjadi salah satu kepala proyeknya jadi dengan bantuan saudara saya itu saya bisa kerja, dan itu adalah pengalaman kerja saya yang pertama turun kelapangan. Waw benar-benar sangat lelah dan penat waktu itu, kerja di tengah teriknya matahari, kulit saya yang sudah hitam semakin menghitam apalagi wajah saya, sudah seperti mario balotelli bro, beberapa minggu saya bekerja, dan belum genap sebulan proyeknya berhenti, dan selesailah pekerjaan saya, waktu itu lumayan upah yang saya terima cukup untuk beli pulsa dan buat ongkos nyari-nyari kerja lagi.
Berminggu-minggu hingga berbulan-bulan usaha saya nyari kerja masih belum mendapatkan hasil, sampai akhirnya suatu pagi iseng-iseng  saya main ke perpustakaan sekolah SMK saya, di situ ada banyak surat kabar dari berbagai penerbit, niat saya sebenarnya untuk membaca berita olah raga tapi kali ini saya coba tengok laman penyedia lowongan kerja, kalau tidak salah koran Suara Merdeka yang saya baca. Terpampang iklan kecil di situ tertulis lowongan kerja perusahaan gas di kota semarang, langsung saya catat dan siangnya langsung saya kirim lamarsan saya ke alamat perusahaan terebut. Dua hari kemudian waktu itu sore hari sekitar jam 4-5 an, saya dapat panggilan dari perusahaan tersebut untuk wawancara. Langsung tanpa pikir panjang malamnya saya berangkat dengan bis malam, karena memang esok harinya waktu yang di berikan perusahaan untuk wawancara kerja itu, malam itu menjadi malam penuh arti bagi saya, karena ini pertama kalinya saya berangkat keluar kota sendirian malam-malam pula, ayah saya hanya mengantar sampai ke jalan pantura selebihnya saya yang melanjutkan perjalanan sendiri. Masih ingat betul waktu itu saya di bekali uang 300 ribu.
Akhirnya malam itu saya berangkat dengan doa dari ayah dan ibu saya yang menemani. Saya berangkat dari tegal sekitar pukul 21.00 wib baru sampai pekalongan ternyata bis yang saya tumpangi berhenti, saya dan satu orang penumpang lain di turunkan di tengah jalan dengan alasan yang tidak jelas, hujan pula di luar. Sekitar setengah 12 malam waktu itu, akhirnya setelah bertanya ke warga setempat saya di beri tahu untuk naikbis yang menuju ke semarang. Akhirnya setelah bisnya tiba saya pun naik dan berangkatlah saya ke semarang lewat tengah malam. Masalah tidak sampai disini gaiz, berkat bakat molor yang telah lama saya kuasai akhir cerita saya ketiduran dan baru melek di sekitar perbatasan salatiga boyolali, iya, semarang udah lewat, hampir saja saya kebawa sampai ke solo kalau enggak denger teriakan kondektur bis nya “terminal salatiga – terminal salatiga!!!” waktu itu sudah jam 3 pagi, entah apa yang terjadi dengan kuping saya kenapa setelah di salatiga baru terdengar kebisingan itu,kenapa bukan di semarang. Tapi apa daya semua sudah terjadi dan akhirnya saya turun di situ, sambil nanya-nanya ke tukang ojek yang kebetulan masih ada yang ngetem, beruntung bagi saya ternyata masih ada bis malam jurusan semarang yang lewat, naiklah saya. Setelah melewati beberapa halangan dan rintangan sampailah saya di kota semarang, kurang lebih jam 04.30 WIB subuh saya sudah berdiri di terminal semarang.
Dan petualangan di semarang pun di mulai sejak pagi itu. Langkah pertama saya adalah mencari alamat perusahaan yang akan saya datangi, kurang lebih 1 jam saya mencari akhirnya ketemu juga dan waw, ternyata tidak seperti apa yang saya bayangkan sebelumnya, bukangedung besar atau pabrik yang luas ternyata hanya terleihat seperti ruko biasa, dengan tumpukan gas 3 kg di luar pintu masuknya, saya coba positif thinking saja barang kali itu kantor cabang atau semacamnya. Setelah saya masuk dan bertanya ke resepsionoisnya ternyata di situ memang kantor cabangnya lebih tepatnya kantor cabang penjualan. Sebelumnya saya bayangkan perusahaan ini berupa pabrik yang memproduksi tabung gas tersebut, karena dalam iklan lowongan yang saya baca memang tidak terpampang secara jelas di posisi apa yang membutuhkan karyawan yang tertera hanya alamat perusahaan saja hemmm, ternyata saya memang sudah di tunggu oleh manager di situ untuk wawancara, setelah wawancara akhirnya saya di nyatakan lulus dan siap untuk bekerja, sebagai sales marketing!!!. produk yang saya jual berupa kompor gas, regulator, selanggas dan semacamnya. Saya seorang bocah dengan wajah cadas inipun mau nggak mau harus menerima tugas itu, Sebenarnya sedikit ragu saya menerima keputusan itu, tapi apa daya setelah melewati puluhan kilometer  dan rupiah yang telah di keluarkan akhirnya saya putuskan untuk menerimanya. Setidaknya ada hasil perjuangan saya jauh-jauh dari  tegal ke semarang.
Masih di hari yang sama saya belum di wajibkan untuk langsung bekerja, tapi hanya di ajak untuk melihat/survey bagaimana rekan-rekan kerja yang lain menjalankan tugasnya. Kita di bagi menjadi beberapa tim, kita di bagi menjadi tiga tim yang masing-masing membawa 1 mobil yang di dalamnya terdiri dari 6 orang atau lebih, dan nantinya setiap orang/anggota dalam tim akan di titipka di titik-titik tertentu untuk menjalankan aksi mereka.Setiaptim akan berpencar ke daerah-daerah di sekitar semarang seperti demak, batang, salatiga dan sekitarnya. Keesokan harinya saya sudah mendapat id card karyawan trining dan secara resmi sudah mendapat tugas, beruntung karena masih berstatus sebagai karyawan training saya tidak sendirian dan sengaja di pilihkan untuk saya karyawan senior yang berasal dari daerah yang sama dengan saya, orangnya baik dan sudah berkeluarga dan cukup akrab dengan saya.
Setelah sebelumnya di briefing akhirnya hari itu pun di mulai, hari pertama saya bekerja dengan status sebagai seorang karyawan. hari itu banyak kejutan yang saya dapatkan tentang bagaimana dan dimana kita bekerja, ternyata menjadi seorang sales sangat sangat tidak gambang bro, kita di tuntut harus bersikap manis kepada siapa saja, pandai bersosialisai dan yang paling harus pintar-pintar merayu, dan yang paling membuat saya menderita saya harus bisa bersosialisasi dengan behasa jawa yang super halus alias kromo inggil, memang penggunaan bahasa indonesia boleh saja di gunakan tapi di rasa masih kurang membaur dengan warga yang di jumpai. Saya lahir dan besar di tegal daerah yang terkenal dengan ngapaknya, bicara kasar setiap hari, tidak ada perbedaan kasta dalam bertutur kata, tapi saya sadar ini bukan tegal bro. Jadi? ya belajar!.
 Dunia ini terasa sangat asing buat saya karena selama 12 tahun saya sekolah tidak di ajarkan kepada saya tentang hal semacam ini, pelajaran yang selalu saya ingat adalah bagaimana cara menyetel karburator, tune up mobil,membongkar engine dan lain-lain yang intinya berbau oli dan dapat menggunakan kunci inggris, kalau soal menjual kompor dan selang belum pernah sama sekali terlintas di kepala saya.
 Hari pertama saya gunakan untuk beradaptasi dan mengamati serta mencoba meniru dan menerapkan apa yang rekan saya lakukan, beliau dengan sabar menjelaskan ke saya apa saja dan bagaimana yang mesti saya lakukan. Beliau yang sudah berpengalaman dan tentuntunya sudah sangat ahli di dunia per-salessan ini tentunya sangat mudah untuk melakukanya, sementara saya hanya bengong sambil sesekali menyeka iler yang meler dari mulut saya. Benar-benar melelahkan pekerjaan ini karena sepanjang hari kita harus terus berjalan mencari pelanggan dan menjual barang sebanyak-banyaknya karena dari situ upah kita berasal.
Hari pertama selesai setelah menunggu di satu titik akhirnya mobil tim pun datang menjemput kami pulang. Salah satu hal yang membuat saya tersiksa juga adalah perjalan berangkat dan pulang ini, karena medan yang kami lalui adalah perkampungan yang juga perbukitan yang meliak liuk naik dan turun sehingga perut ini seperti di kocok-kocok dan mual menjadi teman sengsara saya berhari-hari kedepan hingga beberapa hari kemudian di perjalanan pulang perut saya terasa tidak kuat menahan isinya yang mau keluar dan terjadilah gelombang tsunami di dalam mobil itu akibat ulah saya.
Sebenarnya untuk fasilitas yang saya terima tidaklah buruk, gaji bulanan saya waktu itu sekitar 1.5 jutaan, enggak tahu dengan yang lain, saat itu nilai itu sudah lumayan tinggi untuk standar upah di jawa tengah, belum lagi fasilitas lain, tersedia mess menginap walaupun harus berdesak-desakan, uang transport dan uang makan kami semua dapat, sehingga secara kebutuhan perut kami sudah terpenuhi, namun namanya manusia, memiliki kebiasaan masing-masing baik itu baik ataupun buruk. Bagi saya itu menjadi sebuah ketidaknyamanan yang harus saya rasakan setiap hari, karena kehidupan di sana benar-benar bebas se bebasnya, tidak ada yang melarang larang kita
Hari-hari berikutnya saya lalui dengan penuh masalah ini dan itu, penjualan saya menjadi paling sedikit di banding yang lain dan beberapa kali bahkan tidak terjual satupun barang yang saya bawa, memang apapun yang kita lakukan jika melakukanya dengan tidak ikhlas hasilnya juga akan mengecewakan, sempat dapat teguran juga dari manager saya waktu itu, yang membuat saya semakin tidak kerasan dan ingin segera angkat kaki. Hari-hari berikuitnya saya lalui dengan loyo dan lesu, seperti tidak ada motivasi untuk bekerja. Setelah beberapa waktu saya pikir-pikir akhirnya saya putuskan untuk mundur saya. Belum genap 1 bulan saya pulang kampung.
Waktu itu rasanya tidak enak kalau saya mundur begitu saja tanpa alasan yang jelas, sehingga waktu itu saya hanya ijin untuk pulang kampung dengan alasan sedang ada acara keluarga yang harus saya ikuti, sengaja saya tidak bicara terus terang saya ingin berhenti bekerja. Dan akhirnya saya pun di ijinkan. Pagi-pagi sekali sehabis shubuh saya berangkat ke stasiun tawan untuk naik kereta tujuan tegal, masih sangat saya ingat waktu itu harga tiket Rp.25.000 saya beli dari uang saku orang tua yang memang masih tersisa (irit bukan?), beberapa menit kemudian kereta berangkat dan selamat tinggal semarang, kota penuh makna dan perjuangan dalam beberapa saat saya tinggal di sana. Akhirnya setelah beberapa jam sampailah saya di stasiun tegal, dan beberapa angkot kemudian sampailah saya di rumah tercinta,tempat kelahiran saya, walaupun terpelosok tapi terasa berada di taman yang sejuk dan penuuh bunga. Segera saya ceritakan apa yang telah saya alami beberapa hari terakhir kepada orang tua saya dan merakapun lagi-lagi mengerti apa yang saya rasakan. Mereka dukung segala keputusan saya.
Beberapa hari kemudian saya dapat telepon dari nomor perusahaan, tapi tidak saya jawab, akhirnya mereka mengirim sms-sms yang menyuruh saya untuk segera kembali ke kantor dan saya masih berfikir untuk tidak membalas sms tersebut, sampai besok nya dan besoknya lagi. Sampai akhirnya saya berterus terang kepada mereka dan siap menerima segala konsekuensinya. tapi mereka juga sepertinya mengerti apa yang saya rasakan dan  alkhirnya saya pun resmi di pecat!, Dan memang itu yang saya inginkan. Pengalamn berharga yang saya dapat di sana akan selalu saya ingat, karena di sana saya tahu bagaimana susahnya mencari kertas yang bernama duit bukan hanya dengan otak dan otot tapi juga dengan keyakinan dan mental yang kuat.
Selesailah masalah yang satu munculah masalah selanjutnya, kembali menjadi pengangguran.  Tapi beruntung bagi saya, selang beberapa hari saya dapat kabar dari wali kelas saya dulu di SMK bahwa ada lowongan kerja di salah satu PT di daerah karawang yang membutuhkan karyawan segera lewat BKK di sekolah saya, dan akhirnya sayapun ikut seleksi itu dan lolos!. Seperti sebuah takdir yang tuhan rencanakan untuk saya. Pengalaman yang cukup membosankan bukan? tapijuga menarik dan memiki banyak arti bagi saya pribadi, mungkin sampai di sini dulu cerita saya, untuk cerita selanjutnya mungkin bisa di lanjut dipostingan yang akan datang. Terima kasih

By aghel
(Aminudin Ghofur KR)

0 komentar:

Posting Komentar